Sabtu, 24 Desember 2011

-KITA HARUS MENYEJARAH­-



 Izinkan saya untuk sedikit berbagi cerita, sekedar untuk bernostalgia tentang apa yang sudah saya lewati di organisasi Intra dan Ekstra kampus. Entah setan apa yang mengajak saya untuk menuliskan catatan ini, datang dengan sendirinya, seperti mendapatkan sebuah ilham yang turun dari langit sebagai peringatan “Kegagalan”.
Cukup panjang memang ketika saya mencoba untuk mengulas sejarah ini, tapi setidaknya akan saya gambarkan sekilas tentang pergolakan dan perjuangan yang saya lewati, hingga kehidupan berorganisasi mampu merubah kepribadian saya.
Dimulai dari tahun 2006, di tahun ini saya memulai aktifitas pendidikan baru setelah sebelumnya menggunakan pakaian berseragam hingga berpakaian bebas. UIN Syarif hidayatullah Jakarta, nama kampus yang saya tuju dan memang satu-satunya kampus agama yang saya tau di Jakarta ini. mencoba mendaftarkan diri, mengikuti tes sampai lulus di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Dulu Fakultas Dakwah dan Komunikasi). Ikut dalam Propesa dengan pakaian yang menurut saya lebih cocok digunakan oleh seorang Badut dari pada manusia yang ingin melanjutkan jenjang pendidikannya di Perguruan Tinggi.
Dua bulan terlewati, hingga suatu hari ada sekelompok senior masuk ke dalam kelas dan mempresentasikan sebuah organisasi ekstra kampus layaknya seorang Sales Marketing yang menawarkan sebuah barang dengan iming-iming yang luar biasa. Saya tidak heran mendengar nama organisasi tersebut, karena sebelumnya saya sudah dikenalkan dengan nama itu dari orang tua dan kakak-kakak saya dirumah. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), nama organisasi itu.
Sebelum saya lanjutkan cerita ini, harus saya jelaskan bahwa di Jakarta, satu-satunya teman yang saya kenal hanya Abdul Rohman. Adul nama panggilannya. Dia tinggal dirumah saya selama 6 bulan kurang lebih. Adul merupakan teman semasa saya di Pondok Pesantren Suryalaya-Tasikmalaya.
Keinginan pribadi memberanikan saya untuk meminta Izin kepada orang tua demi mengikuti Latihan Kader 1, saya dan Adul tidak paham apa itu HMI. Papa (nama yang saya gunakan untuk memanggil orang tua laki-laki), hanya berkata “HMI adalah Organisasi yang terbuka, dia tidak memandang NU, Muhammadiyah atau yang lainnya. Maka HMI adalah pilihan tepat bagi keluarga kita yang juga tidak mengenal NU atau Muhammadiyah)”. Hanya itu yang dikatakan oleh Papa.
Setelah saya mendapatkan jawaban tersebut, maka saya memahami bahwa Papa mengizinkan saya untuk mengikuti LK 1 yang dilaksanakan di Bogor selama 4 hari. Jelang hari keberangkatan menuju LK 1, saya dan Adul berpamitan untuk pergi. Mencium tangan beliau sebagai bentuk penghormatan dan doa restu. Tapi aneh ketika saya mencium tangannya, Papa tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi ketika Adul mencium tangannya, papa berkata “disinilah awal dari perjuanganmu”. Mendengar itu saya cukup cemburu Semoga saja kata-kata yang keluar dari mulut papa hari itu bukan saja ditujukan kepada Adul, tapi juga kepada saya. (ngarep abiiisss,,,, hahaha)
Masa LK 1, saya tidak memiliki teman. Bahkan teman sekelaspun saya tidak mengenalnya. Sangat jarang bicara di forum, karena saya lebih asik mendengarkan apa yang diucapkan oleh pembicara dari pada saya harus bertanya kepada pembicara tersebut. Jumlah Peserta LK 1 pada saat itu berjumlah 167 orang kurang lebih Peserta yang melebihi batas jumlah membuat saya pusing karena ketidak kondusifannya.
Sejujurnya tidak banyak hal yang saya dapatkan selama mengikuti latihan tersebut, mungkin hanya satu, adalah gagasan keilmuan yang baru. Karena di latihan saya tidak mendapatkan hal yang saya inginkan, terlebih pengetahuan tentang HMI itu sendiri saya tidak memahami jelas, namun 1 hal yang masih saya ingat, kata-kata yang keluar dari mulut seorang pemateri dan berkata, “LK adalah pintu gerbang menuju HMI, jadi Latihan Kader tidak langsung menjadikan anda seorang kader, tapi anda harus berusaha menunjukkan diri sebagai bentuk pengabdian selama 6 bulan, barulah Anda disebut sebagai seorang kader”.
Saya tertegun mendengar kata-kata tersebut, “segitu susahnya jadi kader HMI??”, saya berfikir organisasi ini seperti organisasi biasanya, yang langsung bisa jadi anggota ketika dia lulus di Pelatihannya, dan saya juga mengira bahwa LK adalah pelatihan dimana mahasiswa yang mau menjadi kader HMI yang didalamnya ada seleksi untuk menjadi kader HMI tersebut, padahal setelah saya pahami, ternyata bukan LK lah yang menyeleksi mahasiswa untuk menjadi Kader HMI, tapi Proses setelah dia mengikuti LK tersebut. Singkatnya LK hanya sekedar syarat saja.
LK selesai dan selesailah semua, kenapa begini? Dikelas dan ditempat dimana saya duduk bersama teman-teman seangkatan, diskusi-diskusi kecil keagamaan dan kenegaraan menjadi pembahasan saya dan teman-teman. Masih tetap terngiang-ngiang. saya lulus pada LK tidak ada sedikitpun kelanjutannya, membosankan hidup hanya kuliah dan nongkrong di kantin saja. Sering saya duduk di kantin dari pagi sampai ke sore hari hanya dengan ditemani buku-buku bacaan saja. Tidak heran karena memang saya senang membaca dan sendiri.
Suatu hari dimana saya mengenal Sabir dan berjalan santai sekedar untuk nongkrong di Aula Insan Cita yang memang saya belum pernah datang kesana sebelumnya, melihat macam-macam pamflet dan tulisan-tulisan yang tertempel di Mading depan AIC, satu motor dengan dua orang yang tidak saya kenal berhenti didepan saya sambil berkata, “lu berdua Kader HMI ya?”, sambil menjulurkan tangan tanda mengenalkan diri “gw Erik,” sapa-nya.
Percakapan berlanjut:
“lu berdua jadi OC ulang tahun HMI yang ke-17 ya?, gak susah kok, semuanya udah ada, tinggal nganterin surat aja. Konsepnya sederhana kok”.
Gw dan Sabir kebingungan, ini orang sakit kali ya?, dateng-dateng nyuruh gw berdua jadi Panitia Milad HMI. Sejujurnya mungkin itu pertama kalinya ngeliat orang yang bisa langsung ngasih tanggungjawab ke orang lain, dimana dia gak tau kapasitas orang yang dia minta tersebut. Singkatnya kami terima tanggungjawab tersebut, dan saya rasa pada kesempatan itu saya tidak maksimal mengerjakannya, karena memang lebih banyak sabir yang berperan mensukseskan acara tersebut dibanding saya sendiri, entah sedang ada problem apa pada saat itu, yang jelas saya kurang maksimal dalam menjalankan kepanitiaan perdana tersebut.
Sampai saatnya tiba pelaksanaan LK Gelombang 2 HMI Komfakda yang masih diikuti oleh angkatan saya, di LK tersebut saya sudah menjadi panitia. Membantu semampunya. Pasca LK biasanya dilaksanakan Inaugurasi, LK Gelombang 2 yang hanya diikuti kurang lebih 25 orang ini berkumpul menjadi satu kelompok di Aula Insan Cita, bernyanyi dan membaca puisi. Inaugurasi yang sangat sederhana namun masih saja teringat. Selesai Inaugurasi kami dikumpulkan oleh 2 orang senior, Erik ZM sebagai Ketua Umum & Yudi Jenggot sebagai Pengurusnya.
Membagi kami menjadi 2 kelompok, setiap kelompok diminta untuk merencanakan sebuah acara. Hasilnya, kelompok pertama mengajukan Pesantren kilat, sedangkan kelompok dua mengajukan Seminar Nasional tentang Kasus IPDN. Kesepakatannya, kita lebih setuju dengan kegiatan yang diajukan oleh kelompok 2 (Seminar Nasional tentang kasus IPDN) dan diketuai oleh Syafrian Akbar (Rian). Mantab betul rasanya, setelah sekian lama fakum, muncul ide membangun kembali Komfakda, dan tidak tanggung-tanggung, langsung melaksanakan kegiatan yang bagi kami cukup Wahhhh…
Foto Bersama Inu Kencana Setelah Kegiatan (membongkar Kasus IPDN). Dari Sebelah Kiri: Dirga Maulana, Inu Kecana, Sabir Laluhu dan Sirajuddin Arridho. 
    

Proses tersebut kami lewati bukan tidak dengan tantangan, berbagai persoalan yang mau tidak mau harus kita hadapi walaupun kita tidak tau apa dan siapa yang sedang kita hadapi tersebut. Gila dan menggila pokoknya…. Hahaha, tapi Alhamdulillah… dari proses tersebut saya khususnya sangat menikmati dan betul-betul mendapatkan manfaat, terlebih kekeluargaan kami yang mulai terikat pasca acara tersebut, saling mengenal dan mencoba mengenal antara satu dengan yang lainnya, membuat saya khususnya mudah bergaul dengan siapapun. Karena saya tau, teman-teman saya memiliki ciri khas yang berbeda-beda, dengan itu saya bisa mengambil pelajaran apabila bertemu dengan orang lain maka saya seperti menghadapi teman saya.
Entah sudah berapa banyak kegiatan yang saya buat dan ikuti di HMI, sampai dengan hari ini HMI mengikat saya dan membesarkan nama saya di Intra maupun ekstra kampus. Tahun 2008 saya dipercaya untuk menjadi Presiden BEMJ KPI ditemani dengan Fahdi Fahlevi sebagai Wakil Presiden. Anggapan saya bahwa BEM adalah organisasi kedua yang dapat memberikan kesempatan bagi saya berkreatifitas, banyak kegiatan yang Kami (Pengurus BEMJ KPI zaman saya) laksanakan, Pahit manis saya sudah lalui, Alhamdulillah semua berjalan dengan baik dan mendapatkan nilai positif dari berbagai pihak, tentunya saya tidak bisa memungkiri  banyak juga orang yang tidak suka dengan kepemimpinan saya khususnya.
Di PARMA, Partai yang juga ikut membesarkan nama saya, sampai hari ini saya masih menjabat sebagai Sekretaris DPF PARMA FIDKOM (hayo, hayo… siapa yang mau gantiin gw… hahaha). Tidak banyak yang bisa saya katakan di organisasi ini, lelah dan cukup membosankan mengurus angka demi angka untuk sebuah kemenangan. Mengatur strategi dan publikasi yang menarik juga sebagainya. Terkadang saya tertodong dengan kemunafikan saya sendiri, bagaimana saya bisa hidup di dunia politik tanpa membodohi orang lain, entahlah… politik perlu kecerdasan yang matang, bagi saya Politik bukan saja sekedar kekuasaan, tapi juga moral dan intelektual.
PARMA, saya bangga menjadi kadernya, namun tolong saya untuk memperjuangkan hak-hak orang lain ketika PARMA diberi kesempatan untuk memimpin kembali. Saya sudah lelah dengan kemunafikan dan kebohongan, Bapak Presiden yang baik adalah Presiden yang bekerja keras dengan penuh loyalitas, berkreatifitas sehingga semua yang mereka laksanakan dapat dirasakan oleh seluruh rakyatnya. Tidak terkecuali saya yang juga penuh dengan kekurangan, yang merasakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin membutuhkan pengorbanan penuh. Bangkit teman-teman!!
 BEMF, Alhamdulillah saya merasakan juga duduk di bangku pengurus BEM FIDKOM, saya tidak akan bicara banyak di sini. Sepenuhnya dan dengan rasa bangga saya kepada Teman, Sahabat sekaligus Saudara saya Sabir Laluhu yang betul-betul mau merelakan dirinya untuk memperjuangkan sebuah nama baik bagi Angkatannya, BEM FIDKOM, FIDKOM dan UIN Jakarta. Saya sangat-sangat merasa berdosa karena tidak dapat membantu banyak didalam kepengurusan ini. entah apa yang membuat saya tidak sepenuhnya memegang tanggungjawab sebagai Menteri Penelitian dan Pengembangan. Bukan alasan untuk lulus cepat maka saya harus meninggalkan BEM FIDKOM, tidak itu, bukan juga karena persoalan keluarga yang terkadang ikut menggangu aktifitas saya di BEM FIDKOM. Entah apalah persoalannya, jelas itu bukan alasan yang bisa dikemukakan bagi seorang organisatoris yang baik.
Tapi Aku, Tak pernah mati,,,
Tak akan berhenti,,,

Potongan lirik ini menarik untuk saya masukkan kedalam tulisan ini, apa yang saya tulis dan kemukakan, sebenarnya hanya untuk teman-teman terbaik sebelum saya, mereka saya anggap patut untuk mendapatkan gambaran betapa banyak cerita dan perjuangan yang harus dan terus diperjuangkan. HMI Komfakda pada saat ini terus terang harus dijadikan pelajaran untuk kepengurusan mendatang, lanjutkan jenjang pendidikan formal teman-teman untuk terus melangkah lebih maju sebagai tambahan wacana, pengalaman dan wawasan teman-teman semuanya.
Selayaknya manusia yang menginginkan perubahan dalam dirinya dan tempat dimana dia mengasah dirinya. Tidak lebih dari itu, yang saya inginkan adalah sebuah harapan dimana kelak ketika saya tidak lagi mudah berkomunikasi jarak dekat seperti saat ini. Berbagi cerita, berdiskusi dan tempat mencurahkan persoalan-persoalan menjadi sebuah solusi. Maka saya akan tetap melihat keberadaan teman-teman yang ketika saya duduk di sudut tiang Fakultas kita. Adik-adik masih sibuk berkreatifitas dan berkreatifitas… buat sejarah teman-teman, untuk sekarang dan akan datang.


 
(gaya2'an kayak di Album musik, karena kalian tulisan ini ada), Tx to:

Allah SWT dan Muhammad SAW, orang tua, kakak dan abang yang saya sangat hormati dan cintai, Rezki Puji Lestari sebagai Perempuan terbaik yang pernah saya temui dan sabar menghadapi sikap juga keegoan saya. 

Kanda-kanda yang hebat (Muhammad Rasyid, Andi Muhammad Fachri, Erik Zainal Muttaqien, Jamhur, Yudi Djenggot, Roni).

Teman, Sahabat sekaligus Saudara seperjuangan (Sabir Laluhu, Muhammad Zainuddin, Dirga Maulana, Abdul Rohman, Fahdi Fahlevi, Kharisma Dimas Syuhada, Tubagus Hasan, Rizky Arsy Ristya, Siti Nur’aini, Mimi Fahmiyah, David, Ragil, Shulhan Rumaru, Imelda Putri Dwi Sari, Denhas Mubaraq TA, dan semua yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu) kalian semua adalah orang-orang yang hebat, tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti kalian lagi ditempat lain, ku doakan semoga kalian menjadi manusia sukses yang bermanfaat untuk orang lain.

Tidak ada komentar: