Minggu, 18 Desember 2011

SILA KELIMA, MEDIA DAN PELEBURAN BUDAYA

Oleh: Sirajuddin Arridho
Sebagai tata nilai guna menunjang kehidupan masyarakat yang plural, Indonesia membutuhkan Pancasila untuk dijadikan dasar sebagai peletak batu kebijakan dalam mengambil keputusan, lalu apa yang terjadi apabila salah satu dari Sila yang terdapat di dalam Pancasila Hilang? Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila kelima dari Pancasila ini mencoba untuk untuk mendefinisikan Indonesia sebagai Negara dan Individu yang harus bersikap sama kepada siapapun, Tidak mengenal harta, jabatan, agama dan budaya. Kesadaran inilah yang akan menjadikan masyarakat lebih beradab. Tidak berlebihan apabila penulis mengatakan bahwa media kita saat ini adalah media komersil yang tidak terlepas dari kepentingan politik dan bisnis lalu bagaimana Peran media televisi dalam menunjang kemajemukan Masyarakat sebagai sikap atas sila kelima yang hilang?. Sebagai media yang memiliki akses paling efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat, Televisi memiliki peran penting dalam mempertahankan kebudayaan masyarakat Indonesia, disadari atau tidak, Televisi juga dapat menyuburkan krisis identitas terhadap keragaman budaya dan berakibat pada penyeragaman budaya Bangsa. Hal ini dapat dibuktikan dari akumulasi berita Televisi yang menginformasikan keadaan daerah-daerah diluar pulau Jawa, juga dari setiap Program acara televisi yang selalu menampilkan kemegahan dan kemewahan Rumah, Gedung-gedung yang bertingkat, Mall, serta tempat-tempat hiburan yang tidak sama sekali ada didaerah perbatasan negara ini. kesenjangan antara kota dan desa diciptakan oleh media sebagai perbandingan strata sosial kita. Dampak yang timbul dari pemberitaan ini adalah kurangnya kepercayaan masyarakat kepada tanah kelahirannya, sehingga semakin banyak masyarakat yang mencoba mengadu nasib di ibu kota negara.  

Terciptanya hegemoni kota ke desa.
Media determinism yang dikemukakan Marshall Mcluhan, melihat bahwa media bukan hanya suatu fenomena yang bersifat teknis, namun media juga menjadi penyebab utama dari perubahan sosial. pemberitaan televisi yang lebih banyak menginformaasikan persoalan-persoalan yang terjadi di Jakarta, secara tidak langsung dapat mempengaruhi local wisdom daerah lain. Apabila dikaitkan dengan teori Hegemoni Gramsci bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai. Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi. Di sini terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa. Usaha ini sudah sering kita rasakan, bagaimana media mencoba untuk mengalihkan berbagai isu yang sedang hangat menjadi redam karena terangkatnya kasus lain yang media anggap perlu diketahui masyarakat. hegemoni menjelaskan bagaimana masyarakat daerah bisa merasa rela ketinggalan informasi tentang daerahnya sendiri dibanding dengan informasi dari luar daerahnya. Sehingga masyarakat seperti merasa lumrah dan berkata: “Ya wajarlah, namanya juga Kota Besar”.

Ancaman Penyamarataan Budaya Bangsa. 
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, beragam suku dan budaya dimiliki negara yang berlambang Garuda ini. konsekuensi atas itu adalah, masyarakat memiliki banyak karakteristik baik sikap maupun pemikiran. Bangsa ini perlu bangga dengan anugerah yang diberikan Tuhan, karena primodialism merupakan salah satu unsur perekat bangsa sehingga banyak semangat nasionalisme tumbuh dari daerah. Ironisnya, banyak hal yang secara tidak sadar membuat bangsa ini menjadi “sama”. Salah satu ancaman yang dapat menyebabkan hilangnya budaya bangsa adalah Media Nasional yang dalam hal ini televisi. Mengembangkan sayapnya keseluruh Indonesia dengan pemberitaan dan berbagai program acaranya. Bahasa, adalah indikator pertama yang sangat tampak dari dampak adanya media nasional, sering kita mendengar Otonomi daerah yang seharusnya menjadi penopang keberagaman budaya daerah, seakan hanya menjadi alat berbagi kekuasaan. Hukum dibuat untuk mengekang, bukan untuk membebaskan.

Tidak ada komentar: