Senin, 07 Juli 2008

KEBENARAN DALAM ILMU KOMUNIKASI

Hakikat Kebenaran.

Pengertian tentang kebenaran begitu sangat beragam, karena kebenaran menurut setiap individu tentunya berbeda-beda, namun kebenaran dalam hal ini dapat di bagi menjadi tiga bagian, adalah kebenaran yang bersifat ilmiah, non ilmiah dan kebenaran yang bersifat filsafat.

Bagi kalangan masyarakat modern, sesuatu hal dianggap benar jika itu terbukti adanya, atau ilmiah. Namun sesuatu hal yang non ilmiah pun dapat dikatakan benar pula. Untuk melihat kebenaran – kebenaran yang ada didalamnya, mari kita bahas satu persatu perihal mengenai kebenaran tersebut.

· Kebenaran Ilmiah.

Kebenaran ilmiah biasa ditempuh secara mendalam melalui penelitian dan penalaran logika yang memang dapat dipertanggungjawabkan kepada khalayak banyak. Kebenaran ilmiah terbagi menjaditiga bagian, ialah;

Kebenaran pragmatis: kebenaran dianggap syah jika memiliki kegunaan atau manfaat praktis dan bersifat fungsional bagi kehidupan sehari-hari. Dalam arti, kebenaran berlaku jika dapat memudahkan orang dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya.

Kebenaran Koresponden: suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengatahuan yang terkandung didalamnya memiliki korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Metode yang digunakan dalam teori ini bersifat induktif atau bertolak dari hal-hal yang khusu ke umum”

Kebenaran Koheren: sesuatu pernyataan diangap benar jika pernyataan itu konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Metode yang digunakan dalam teori ini menggunakan teori deduktif atau “bertolak dari hal-hal umum ke khusus”

2. Kebenaran Non Ilmiah

· Kebenaran non Ilmiah, adalah kebenaran yang yang didapat bukan berdasarkan penalaran logika, artinya, setiap orang dapat melukakannya tanpa memlalui proses berfikir terlebih dahulu. Ada beberapa bentuk dari teri non ilmiah ini, antara lain:

Kebenaran secara kebetulan, adalah yang didapatkan seseorang secara reflek, dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, tidak rasional.

Kebenaran Agama dan Wahyu; adalah sebuah kebenaran yang tidak semuanya dapat dimengerti dengan akal namun terbukti adanya, kebenaran seperti ini sering ditemui dalam kitab-kitab agama samawi misalnya. Kebenaran ini pun lebih terikat pada keyakinan seseorang.

Kebenaran intuitif; adalah kebenaran yang sulit untuk dibuktikan, menurut keterangan, kebenaran seperti ini hanya di miliki oleh orang-orang yang telah lama bergelut di dalam suatu bidang dan mempunyai pengalaman yang banyak pada bidang tersebut.

Kebenaran spekulatif; adalah kebenaran yang diperoleh dari hasil pemikiran, menghasilkan sebuah pertimbangan, proses berfikir yang kurang mendalam, namun dikerjakan dengan pennuh resiko, relatif labih cepat dan dengan biaya lebih murah dari pada trial eror adalah sebuah ciri kebenaran ini

3. Kebenaran Dalam Perspektif ILMU KOMUNIKASI.

Kebenaran dalam perspektif ilmu komunikasi bila dilihat secara teoritis, maka akan masuk kedalam pembahasan ontologi dan epistemologi, diantara perspektif tersebut adalah:

· Kebenaran Realisme

Kebenaran bagi penganut realisme adalah kebenaran yang bersandarkan pada kenyataan dan nilai-nilai empirisme, konsekuensi dari pemahaman ini adalah nilai, kepercayaan, emosi dan apapun yang diamati oelh subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu. Sebagai contoh, jika seekor “merpati berwarna cokelat” adalah benar berwarna cokelat, maka itulah kebenaran.

· Kebenaran Nominalis.

Paham ini menganggap semua yang ada di bumi ini adalah kosong, karena semua yang ada hanya nama atau label entitas yang dibuat individu, secara epistemologis, semua yang ada bersifat relatifitas sujektif.

· Kebenaran konstruktif

Paham ini menjadikan pengatahuan yang terkostruktif untuk digunakan dalam menghadapi sebuah fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengatahuan tersebut.

Kebenaran dalam Perspektif Etika Komunikasi

Di dalam perspektif ilmu komunikasi, apabila terjadi penilaian terhadap sesuatu, maka hal tersebut diserahkan kepada pelakunya yang tentunya sebagai objek komunikasi.

Menurut Richard L. Johansen, ada beberapa standar dasar etika komunikasi yang dapat dijadikan penilaian terhadap sebuah kebenaran, yaitu;

· Kebenaran Dalam Perspektif Sifat Kemanusiaan.

Kelebihan dan keunikan dari setiap manusia, adalah sebuah proses berfikir dalam memilih kebaikan dan keburukan, mampu membuat dan merancang suatu ide yang cemerlang dalam mencapai sebuah karya yang gemilang demi kelancaran hidup manusia. Sifat-sifat kemanusia yang harga-menghargai, menghormati gagasan, perasaan, integritas seseorang dan memiliki sifat keterbukaan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan rasional dalam berkomunikasi.

· Kebenaran dalam perspektif komunikasi dua arah yang bersifat dialogis.

Kebenaran dapat dicapai dengan melakukan diaolog antara satu dengan yang lainnya, dengan dialog, akan menumbuhkan kesepahaman dan ikatan emosioanl serta keterbukaan antara sesama. Menumbuhkan sikap tanggungjawab antar sesama.

5. Kebenaran Sebagai Inti Manusia Komunikasi.

Manusia adalah ladang dari semua kesalahan, namun manusia yang berfikir dan mampu merasakan, tentunya akan lebih mudah mengambil sebuah pelajaran dari apa yang telah dirasakan dari kegagalan sebelumnya. Setiap Manusia di tuntut untuk mencari kebenaran, walaupun kebenaran itu bersifat relatif, namun semua itu bisa saja disepakati, jika metode yang digunakan dalam berkomunikasi memanga layak untuk dipercaya.

Dengan sebuah kebenaran, manusia akan mendapatkan jalan hidupnya, bersikap konsisten dengan apa yang telah didapatkan dan diyakini adalah keniscayaan, terkadang manusia bersifat egois (sombong) dengan kebenarannya itu, tanpa menyadari akan kebenaran-kebenaran lain yang ada disekitarnya, semua itu adalah ujian bagi setiap manusia yang menyadari bahwa kita hidup dalam relitas masyarakat yang plural baik dari segi agama, budaya dan bangsa. Disinilah konsep hidup fastabiqul khairat diterapkan.

Tidak ada komentar: