Jumat, 23 Desember 2011

KEMERDEKAAN INDONESIA; KIPRAH PEMUDA DAN MAHASISWA


Sejak Indonesia masih masih belum berbentuk sebuah Negara republik, atau saat Negara ini masih menggunakan sistem kerajaan, sudah ada sosok-sosok muda yang usia yang mempengaruhi pergolakan zaman. Sebutlah nama raja Hayam Wuruk, yang pada usia 16 tahun sudah menduduki tahta kerajaan Majapahit. Dan dibawah kepemimpinannya, tanah Nusantara menjadi satu padu. Pada saat itulah, Indonesia, yang pada saat itu masih dikenal dengan Nusantara atau “Nuswantara” menjad bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa dari belahan dunia.
Menginjak masa kolonialisme, ada banyak tokoh-tokoh muda yang berinisiatif mengangkat senjatauntuk memerangi penjajahan. Gelora jiwa muda tersebut merasa sakit meilhat perlakuan para penjajah atas rakyat pribumi. Seperti pangeran Diponogoro misalnya, ia menolak tahta mataram yang diberikan kepadanya dan memilih mengangkat senjata melakukan perangng gerilya melawan Belanda, yang dinilainya telah habis-habisan menghisap rakyat. Walupun perlawanannya tidak berhasil mengusir penjajah, tetapi sejarah telah menyebutkan bahwa perang diponogoro yang berlangsung tahun 1825-1830 adalah perang yang paling berat dijalani oleh Belanda serta kas Negara paling banyak.
Belajar dari kegagalan-kegagalan pendahulunya, beberapa anak muda Mahasiswa STOVIA membentuk sebuah organisasi bernama Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Yang pada hari-hari kemudian akan selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Sosok-sosok muda yang membentuk Budi Utomo seperti Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, bersama memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta berusaha memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu.
Pada tahun 1928 memalui prakarsa beberapa tokoh seperti Muhammad Yamin dan Sunaryo Sastrowardoyo, berbagai elemen organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak dan lain sebagainya, berkumpul untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia ke II yang tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, para peserta kongres tersebut membacakan sebuah manifesto pemuda untuk kebersatuan bangsa Indonesia yang berisi tiga pengakuan: Satu tanah air, Indonesia; Satu bangsa, Indonesia; dan Satu bahasa, Indonesia. Manifesto tersebut dikenal dalam sejarah dengan sebutan Sumpah pemuda.
Sebut saja Soekarno dan Hatta, dua nama yang mendapat gelar sebagai proklamator. Dua sosok tersebut telah menunjukan jati diri yang sebenarnya. Namun bukan hanya Soekarno dan Hatta yang berjasa mengantarkan Indonesia ke pintu kemerdekaan. Masih banyak nama-nama yang juga memiliki peran tak kalah pentingnya seperti Sutan Sjahrir, Tan Malaka dan lain-lain. Mereka tidak hanya berjuang memerdekakan Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat, tapi lebih dari itu, sosok-sosok pemimpin itu juga bekerja keras untuk menjaga kemerdekaan tidak lepas dari bumi pertiwi.
Kemerdekaan Indonesia tidak berarti berhenti untuk berjuang, masuknya paham komunis di Perguruan Tinggi merupakan salah satu indikasi betapa berpengaruhnya sistem pendidikan barat pada waktu itu. Tumbuhnya organisasi Mahasiswa yang diantaranya bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Solo, yang keduanya berorientasi kepada paham Komunis. Jadi konstelasi sosial budaya dan politik tersebut, aspirasi Islam dan Umat Islam tidak tampak dalam pentas dunia Perguruan tinggi dan dunia Kemahasiswaan.
Melihat kedudukan Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan yang strategis, sementara organisasi kemahasiswaan yang berbasis ke-Islaman tidak tertampung aspirasinya, maka untuk mengisi kekosongan tersebut Lafran Pane memprakarsasi dengan mendirikan HMI pada tahun 1947. Kehadiran HMI sebagai organisasi Islam di tengah-tengah perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan merupakan fenomena baru dalam pergerakan islam kontemporer di Indonesia. Selama ini keanggotaan organisasi-organisasi Islam berasal dari desa dan kota yang tingkat pendidikannya sangat beragam. Bahkan ada yang tidak sekolah. HMI berdiri merefisi tradisi organisasi keIslaman selama ini dengan mengambil basis pada perguruan tinggi. Inilah untuk pertama kalinya sejak merdeka, organisasi Islam muncul diperguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang anggotanya terdiri atas mahasiswa-mahasiswa yang berbasis dikampus-kampus.
Bahagia HMI…

Tidak ada komentar: