Sejak
Indonesia masih masih belum berbentuk sebuah Negara republik, atau saat Negara
ini masih menggunakan sistem kerajaan, sudah ada sosok-sosok muda yang usia
yang mempengaruhi pergolakan zaman. Sebutlah nama raja Hayam Wuruk, yang pada
usia 16 tahun sudah menduduki tahta kerajaan Majapahit. Dan dibawah
kepemimpinannya, tanah Nusantara menjadi satu padu. Pada saat itulah,
Indonesia, yang pada saat itu masih dikenal dengan Nusantara atau “Nuswantara” menjad bangsa yang disegani
oleh bangsa-bangsa dari belahan dunia.
Menginjak
masa kolonialisme, ada banyak tokoh-tokoh muda yang berinisiatif mengangkat
senjatauntuk memerangi penjajahan. Gelora jiwa muda tersebut merasa sakit
meilhat perlakuan para penjajah atas rakyat pribumi. Seperti pangeran
Diponogoro misalnya, ia menolak tahta mataram yang diberikan kepadanya dan
memilih mengangkat senjata melakukan perangng gerilya melawan Belanda, yang
dinilainya telah habis-habisan menghisap rakyat. Walupun perlawanannya tidak
berhasil mengusir penjajah, tetapi sejarah telah menyebutkan bahwa perang
diponogoro yang berlangsung tahun 1825-1830 adalah perang yang paling berat
dijalani oleh Belanda serta kas Negara paling banyak.
Belajar
dari kegagalan-kegagalan pendahulunya, beberapa anak muda Mahasiswa STOVIA
membentuk sebuah organisasi bernama Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908.
Yang pada hari-hari kemudian akan selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional.
Sosok-sosok
muda yang membentuk Budi Utomo seperti Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo,
bersama memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan
tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta berusaha memperbaiki
keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu.
Pada
tahun 1928 memalui prakarsa beberapa tokoh seperti Muhammad Yamin dan Sunaryo
Sastrowardoyo, berbagai elemen organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Celebes, Jong Batak dan lain sebagainya, berkumpul untuk menyelenggarakan
Kongres Pemuda Indonesia ke II yang tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, para
peserta kongres tersebut membacakan sebuah manifesto pemuda untuk kebersatuan
bangsa Indonesia yang berisi tiga pengakuan: Satu tanah air, Indonesia; Satu
bangsa, Indonesia; dan Satu bahasa, Indonesia. Manifesto tersebut dikenal dalam
sejarah dengan sebutan Sumpah pemuda.
Sebut
saja Soekarno dan Hatta, dua nama yang mendapat gelar sebagai proklamator. Dua
sosok tersebut telah menunjukan jati diri yang sebenarnya. Namun bukan hanya
Soekarno dan Hatta yang berjasa mengantarkan Indonesia ke pintu kemerdekaan.
Masih banyak nama-nama yang juga memiliki peran tak kalah pentingnya seperti
Sutan Sjahrir, Tan Malaka dan lain-lain. Mereka tidak hanya berjuang
memerdekakan Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat, tapi lebih dari
itu, sosok-sosok pemimpin itu juga bekerja keras untuk menjaga kemerdekaan
tidak lepas dari bumi pertiwi.
Kemerdekaan
Indonesia tidak berarti berhenti untuk berjuang, masuknya paham komunis di
Perguruan Tinggi merupakan salah satu indikasi betapa berpengaruhnya sistem
pendidikan barat pada waktu itu. Tumbuhnya organisasi Mahasiswa yang
diantaranya bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat
Mahasiswa Indonesia (SMI) di Solo, yang keduanya berorientasi kepada paham
Komunis. Jadi konstelasi sosial budaya dan politik tersebut, aspirasi Islam dan
Umat Islam tidak tampak dalam pentas dunia Perguruan tinggi dan dunia
Kemahasiswaan.
Melihat
kedudukan Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan yang strategis, sementara
organisasi kemahasiswaan yang berbasis ke-Islaman tidak tertampung aspirasinya,
maka untuk mengisi kekosongan tersebut Lafran Pane memprakarsasi dengan
mendirikan HMI pada tahun 1947. Kehadiran HMI sebagai organisasi Islam di
tengah-tengah perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan merupakan fenomena baru
dalam pergerakan islam kontemporer di Indonesia. Selama ini keanggotaan
organisasi-organisasi Islam berasal dari desa dan kota yang tingkat
pendidikannya sangat beragam. Bahkan ada yang tidak sekolah. HMI berdiri
merefisi tradisi organisasi keIslaman selama ini dengan mengambil basis pada perguruan
tinggi. Inilah untuk pertama kalinya sejak merdeka, organisasi Islam muncul
diperguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang anggotanya terdiri atas mahasiswa-mahasiswa
yang berbasis dikampus-kampus.
Bahagia
HMI…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar